Sisi Gelap Negara Korea Selatan: Social Racism, Colorism dan Diskriminasi

 

Anti-Asian Racism | Ilustrated by Clara Duple

Assalamualaikum Wr, Wb..

Heiiyoo semuanya para pembaca blog ku, setelah sekian lama aku gak ngebahas sebuah isu menarik di blog ini, nah kali ini aku ingin membahas sebuah isu yang sebenarnya menyedihkan untuk kalangan sosial secara umum, Yaitu soal Sisi Gelap Negara Korea Selatan.

Baru-baru ini, sebuah kasus rasisme yang dilakukan oleh pekerja asal Korea Selatan terhadap masyarakat Indonesia ramai diperbincangkan di media sosial. Kasus ini terungkap melalui sebuah situs bernama "Indosarang," yang menjadi tempat berkumpulnya para pekerja Korea Selatan yang tinggal di Indonesia. Meskipun situs ini bertujuan untuk menghubungkan para perantau asal Korea Selatan, beberapa penggunanya justru memanfaatkannya untuk menyebarkan kebencian dan rasisme terhadap masyarakat Indonesia.


:: Latar Belakang Kasus ::

Kasus ini pertama kali mencuat ketika para pekerja Korea Selatan yang berada di Indonesia melakukan percakapan yang menunjukkan ungkapan-ungkapan penghinaan di situs Indosarang, Sebuah Website Forum Para Perantau Korea di Indonesia untuk bertukar informasi. Percakapan tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, sehingga dapat dipahami oleh masyarakat Indonesia. Banyak dari komentar tersebut mengandung penghinaan terhadap fisik dan budaya masyarakat Indonesia.

Indosarang adalah sebuah situs yang dibuat untuk menghubungkan para pekerja Korea Selatan yang merantau ke Indonesia. Di situs ini, mereka bisa saling berkomunikasi dan berbagi pengalaman menggunakan tulisan Hangul, atau aksara yang digunakan oleh orang Korea. Awalnya, tujuan dari situs ini sangat positif, yaitu untuk saling terkoneksi dan membantu sesama perantau. Namun, tujuan baik ini dinodai oleh perilaku negatif beberapa oknum yang menyebarkan kebencian.

Salah satu ungkapan yang paling mengejutkan adalah ketika mereka menyebut orang Indonesia sebagai "tenaga kerja monyet pribumi yang murah dan tidak beradab." Ungkapan ini tidak hanya merendahkan fisik orang Indonesia, tetapi juga mengejek budaya dan ekonomi negara. Komentar lain yang tidak kalah menyakitkan adalah ketika mereka mengatakan bahwa kulit orang Indonesia adalah yang paling jelek di Asia Tenggara.


:: Reaksi Masyarakat ::

Setelah kasus ini viral, reaksi dari masyarakat Indonesia sangat beragam. Banyak yang merasa marah dan tersinggung dengan ungkapan-ungkapan rasis tersebut. Beberapa netizen bahkan menyerukan untuk tidak terlalu mengidolakan budaya Korea Selatan dan lebih berhati-hati dalam berinteraksi dengan orang asing, terutama yang berasal dari negara yang memiliki sejarah rasisme.

Masyarakat Indonesia dikenal sangat ramah dan terbuka terhadap budaya asing. Banyak dari mereka yang sangat menggemari musik K-pop dan drama Korea (drakor). Namun, kasus ini menjadi pengingat bahwa idolasi berlebihan terhadap budaya asing bisa berdampak negatif. Beberapa netizen menyerukan agar masyarakat Indonesia lebih menghargai budaya dan identitas nasional mereka sendiri.


:: Klarifikasi dari Pihak Indosarang ::

Menanggapi kontroversi yang berkembang, pihak pengelola situs Indosarang mengeluarkan klarifikasi dan permintaan maaf. Mereka mengklaim tidak menyadari adanya konten rasis yang telah diterjemahkan dan tersebar di luar situs. Namun, permintaan maaf ini dianggap terlambat oleh banyak pihak, mengingat dampak negatif yang telah ditimbulkan.

Dalam klarifikasinya, pengelola situs mengatakan bahwa mereka akan lebih ketat dalam memantau konten yang diposting oleh pengguna. Mereka juga berjanji untuk mengambil tindakan tegas terhadap siapa saja yang melanggar aturan dan menyebarkan kebencian. Meskipun demikian, banyak yang meragukan komitmen mereka untuk benar-benar mengatasi masalah ini.

Rasisme oleh warga Korea Selatan terhadap masyarakat Indonesia bukanlah hal yang baru. Sebelumnya, pada Olimpiade Tokyo, sebuah stasiun TV Korea Selatan, MBC, juga menuai kontroversi karena menggambarkan Indonesia secara negatif dalam siarannya. Selain itu, dalam beberapa drama Korea (drakor) juga pernah terdapat adegan yang merendahkan Indonesia, seperti dalam drama "Rocket Boys" yang menggambarkan fasilitas olahraga di Indonesia dengan buruk.

Pada Olimpiade Tokyo 2020, stasiun TV MBC menayangkan acara pembukaan dengan menampilkan beberapa informasi negatif tentang Indonesia. Mereka menyebut Indonesia sebagai negara dengan GDP rendah dan tingkat vaksinasi yang rendah. Selain itu, mereka juga menampilkan peta Indonesia yang salah, dengan menunjukkan titik di Malaysia. Hal ini menyebabkan kemarahan dari banyak pihak, termasuk netizen Indonesia yang merasa bahwa siaran tersebut sangat tidak pantas.


:: Kasus Rasisme di Drama Korea ::

Dalam drama "Rocket Boys," terdapat adegan yang menggambarkan fasilitas olahraga di Indonesia dengan sangat buruk. Mereka menunjukkan bahwa atlet Korea Selatan diperlakukan dengan tidak baik dan diberikan fasilitas yang jauh di bawah standar. Adegan ini menimbulkan kecaman dari banyak penonton di Indonesia, yang merasa bahwa gambaran tersebut tidak adil dan merendahkan.

Menyikapi masalah rasisme yang semakin sering terjadi, pemerintah Korea Selatan sebenarnya telah memberlakukan undang-undang anti-diskriminasi. Undang-undang ini bertujuan untuk mendorong pemerataan perlindungan dan mengurangi diskriminasi di berbagai sektor. Namun, penerapan undang-undang ini masih menghadapi tantangan besar karena kurangnya kesadaran individu tentang pentingnya menghormati perbedaan.

Rasisme di Korea Selatan memiliki akar yang dalam dan kompleks. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap tingginya tingkat rasisme di negara ini antara lain sejarah kolonialisme, homogenitas etnis, dan tekanan sosial-ekonomi.


:: Sejarah & Homogenitas Etnis ::

Selama masa penjajahan Jepang pada awal abad ke-20, nasionalisme Korea semakin menguat sebagai reaksi terhadap penindasan yang mereka alami. Perasaan superioritas terhadap bangsa lain, terutama yang dianggap lebih lemah atau terbelakang, menjadi salah satu cara untuk memperkuat identitas nasional mereka.

Korea Selatan adalah salah satu negara yang paling homogen di dunia. Hampir seluruh penduduknya berasal dari etnis yang sama, yaitu Korea. Hal ini menyebabkan kurangnya pemahaman dan toleransi terhadap perbedaan budaya dan ras. Orang asing, terutama yang berasal dari negara dengan latar belakang budaya dan ekonomi yang berbeda, sering kali dianggap sebagai ancaman terhadap homogenitas dan stabilitas sosial mereka.

Krisis moneter pada tahun 1997 menambah tekanan sosial-ekonomi di Korea Selatan. Meskipun negara ini berhasil bangkit dan menjadi salah satu kekuatan ekonomi di Asia, perasaan superioritas terhadap negara-negara yang dianggap lebih miskin atau kurang berkembang masih kuat. Hal ini tercermin dalam sikap rasis terhadap pekerja asing, termasuk dari Indonesia, yang dianggap sebagai tenaga kerja murah dan tidak beradab.


:: Dampak Rasisme Terhadap Hubungan Antar Negara ::

Kasus rasisme ini tidak hanya berdampak pada individu yang menjadi korban, tetapi juga dapat merusak hubungan antar negara. Indonesia dan Korea Selatan selama ini memiliki hubungan yang cukup baik, terutama dalam bidang ekonomi dan budaya. Namun, insiden-insiden rasisme seperti ini dapat menimbulkan ketegangan dan mengurangi rasa saling percaya antara kedua negara.

Indonesia dan Korea Selatan memiliki hubungan ekonomi yang cukup erat. Banyak perusahaan Korea yang berinvestasi di Indonesia dan sebaliknya. Rasisme terhadap pekerja Indonesia dapat merusak iklim investasi dan mengurangi minat perusahaan untuk beroperasi di negara ini. Selain itu, pekerja Indonesia yang mengalami rasisme mungkin akan kehilangan motivasi dan produktivitas, yang pada akhirnya berdampak negatif pada kinerja perusahaan.

Budaya K-pop dan drakor sangat populer di Indonesia. Banyak penggemar yang sangat mengidolakan artis-artis Korea dan mengikuti perkembangan budaya mereka. Namun, kasus rasisme ini dapat mengurangi minat masyarakat Indonesia terhadap budaya Korea dan mempengaruhi hubungan budaya antara kedua negara. Penggemar mungkin akan merasa kecewa dan enggan untuk terus mendukung artis-artis Korea jika mereka merasa tidak dihargai atau direndahkan. Dalam Mengatasi Rasisme ini, diperlukan upaya dari berbagai pihak, baik dari pemerintah, masyarakat, maupun individu. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:


:: Pendidikan, Kesadaran & Penegakan Hukum ::

Pendidikan tentang pentingnya menghormati perbedaan dan mengatasi prasangka rasial perlu ditingkatkan. Kampanye kesadaran tentang dampak negatif rasisme dan pentingnya toleransi dapat membantu mengubah sikap dan perilaku masyarakat. Sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan dapat memainkan peran penting dalam mengajarkan nilai-nilai inklusivitas dan menghormati keberagaman.

Pemerintah perlu memperkuat penegakan hukum terkait rasisme dan diskriminasi. Pelanggar harus diberikan sanksi yang tegas untuk memberikan efek jera. Selain itu, perlu ada mekanisme pengaduan yang mudah diakses oleh korban rasisme, sehingga mereka dapat melaporkan kasus yang dialami dan mendapatkan perlindungan.


:: Dialog Antar Budaya ::

Dialog antar budaya dan pertukaran pengalaman dapat membantu meningkatkan pemahaman dan mengurangi prasangka. Program pertukaran pelajar, kunjungan kebudayaan, dan kegiatan lainnya yang melibatkan interaksi antara masyarakat dari berbagai negara dapat membantu menciptakan rasa saling pengertian dan menghormati.

Media memiliki peran besar dalam membentuk opini publik. Media harus berhati-hati dalam menyampaikan berita dan tidak memperkuat stereotip negatif. Sebaliknya, media dapat berperan dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menghormati perbedaan dan menyoroti kisah-kisah positif tentang kerjasama dan persahabatan antar budaya.


:: Penutup ::

Isu rasisme yang dilakukan oleh pekerja Korea Selatan di Indonesia menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah ini. Masyarakat Indonesia diharapkan lebih kritis dalam mengidolakan budaya asing dan lebih menghargai identitas nasional mereka sendiri. Sementara itu, penting bagi kedua negara untuk meningkatkan pemahaman dan menghormati satu sama lain guna menciptakan hubungan yang lebih harmonis.

Dalam menghadapi masalah ini, kita semua memiliki peran untuk dimainkan. Baik sebagai individu, anggota masyarakat, atau bagian dari institusi, kita harus berkomitmen untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan inklusif, di mana setiap orang dihargai dan dihormati tanpa memandang latar belakang ras atau budaya mereka. Hanya dengan kerja sama dan usaha bersama kita dapat mengatasi rasisme dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua orang.

Sumber Referensi:

- Human Right Watch
- Inside Indonesia - It's Time to Talk About Racism
Dashed Korean Dreams: The Plight of Migrant Workers

Teuku Raja

Philosophy and Psychology Addict, Culture and Humanity Activist, and Historical, Social, Technician Sains Enthusiast

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak